Minggu, 28 Desember 2008

Minggu, 19 Oktober 2008

Rabu, 10 September 2008

self project EPIC band


cover CD




cover ALBUM





















Senin, 01 September 2008

ORDER FAILED

Lagi sial ato kenapa tapi koq yang namanya dapet oerdern "sablon-menyablon" mesti ORDER FAILED...Gagal bukan karena ga' dapet ordernya, cuma klo ga' slesainya telat, salah ukuran ato malah sablonnya jelek...
Y kaya kemaren aja...dapet order yang lumayan jumlahnya ( labanya bisa buat bayar SPP semester ini ) eee malah tombok...dari segi desain dan cetak mencetak hasilnya sangat memuaskan (halah)...tapi dari segi sablon-menyablon malah gagal total...Ya emang ga' dikerjain sendiri, tak lempar ketemen, cz Q jg sibuk proof desain sama urusin cetak-mencetaknya...
Gagal totalnya adalah...dari 113 sablon semuanya geser...ancur dech...
Ya langsung Q komplain tu orang...lha koq hasilnya kayak gini...Dia cuma bilang "Wah Q lg sibuk-e, pagi kuliah-malem latian teather"...lha piye kui...Yang namanya dah nrima order ya harus konsisten maprofesional dong...mana Q pikirin urusan pribadi dia...setauQ dia dah nrima order dan Q tinggal nrima jadinya....
Sial pokoknya...Ya mau ga mau klienQ harus nrima dan Q terpaksa kasih cash back hampir 30% dari biaya total...yang 10% biaya komplain yang 20% biaya tutup mulut biat ga banyak bacot wlaupun mreka masih ngebacot....




besaok lagi ga' dech buat nyablon-nyablon lagi...kapok...




SIAL LO MUZ !!!

Kamis, 31 Juli 2008

mini portfolio


Hari Tanpa TV



Tanggal 20 Juli 2008 lalu yang jatuh pada hari Minggu, ditetapkan sebagai hari tanpa televisi. Menurut Clara Kriswanto, Psi, konsultan dari Jagadnita Consulting, hari tanpa teve bisa sangat bermanfaat, terutama bagi anak-anak yang tinggal di kota, yang pilihan rekreasinya pada hari libur hanya menonton teve. Dengan demikian, menurut Clara, anak-anak bisa menyadari bahwa ada kegiatan lain selain menonton teve.
"Sebetulnya, menonton teve tidak jelek, asal selektif memilih acara dan harus tahu waktu yang tepat. Berdasarkan penelitian, anak-anak memang banyak menghabiskan waktu di depan teve. Kalau menonton teve jadi satu-satunya kegiatan anak, kehidupannya akan menjadi tidak kaya, dan dia lama-kelamaan merasa nyaman dengan dunianya sendiri, tidak peduli orang atau hal lain," ujar Clara saat dihubungi, Minggu (20/7).
Namun, imbuh psikolog ini, sukses atau tidaknya gerakan mengurangi jam menonton teve bagi anak ini harus melibatkan campur tangan orangtua. Artinya, orangtua bukan hanya boleh melarang anak menonton teve, apa pun alasannya, melainkan juga memberikan solusi. Yaitu dengan memberikan kegiatan lain, bukan mengganti tontonan dengan bermain game seperti Playstation atau komputer.
"Banyak yang bisa dilakukan, misalnya kegiatan di luar ruang yang melibatkan aktivitas fisik dan mengasah kemampuan motoriknya. Antara lain berolahraga, sehingga mengajari anak memiliki daya juang dan kompetisi. Bisa juga mengajak mereka ke toko buku, minta mereka memilih buku yang akan mereka baca, lalu minta mereka menceritakannya di depan anggota keluarga yang lain. Sehingga, keakraban keluarga makin terjalin," tuturnya sambil menambahkan, kegiatan ini juga melatih keberanian dan kemampuan verbal.
Bermain permainan monopoli pun bisa dilakukan, karena membuat anak melatih ketrampilan finansialnya. Lalu, saat anak-anak menonton teve, Clara menyarankan agar orangtua mendampingi mereka. Makin dini usia anak, makin perlu didampingi. Sehingga, ketika ada adegan yang tidak seharusnya ia lihat, orangtua bisa segera membahasnya bersama, agar anak tidak salah menangkap pesan.
"Kalau tidak, anak bisa beranggapan bahwa memukul itu boleh, misalnya. Sebaiknya, menonton teve bagi anak hanya dijadikan selingan, bukan kegiatan utama. Apalagi, ada program-program teve yang tidak sepantasnya ditonton anak. Saat pendampingan merupakan waktu yang tepat untuk memasukkan pesan moral dan nilai yang positif pada anak," papar Clara sambil menegaskan, itu sebabnya tidak disarankan memiliki teve di dalam kamar.
Membatasi anak menonton teve juga perlu dilakukan, misalnya 1-2 jam dalam sehari. Minta anak menonton acara favoritnya saja, yang tentu saja sesuai untuknya. Dengan demikian, anak belajar untuk mengatur waktu (time management) dan menghargai orang lain. D . A ..

Minggu, 27 Juli 2008

Sabtu, 28 Juni 2008

MAHASISWA yang inTELEK*tual


Masih maraknya demo-demo dikalangan mahasiswa yang menolak kebijakan pemerintah tentang kenaikan BBM di Ibu Kota yang mengatas-namakan demi kepentingan rakyat selalu berujung pada tindakan anarki. Seperti yang dilakukan oleh mahasiswa UNAS yang akhirnya berujung dengan bentrokan antara mahasiswa dengan aparat kepolisian. Tak sedikit mahasiswa yang diamankan oleh polisi karena dianggap sebagai penyulut kerusuhan.

Dan yang paling hangat, demo yang dilakukan mahasiswa ATMA JAYA Jakarta (sebenarnya tidak hanya mahasiswa ATMA JAYA Jakarta saja, ada beberapa mahasiswa dari Yogyakarta yang ikut demo dan tertangakap aparat kepolisian saat akan kembali ke Yogyakarta ). Dalam demo tersebut para mahasiswa menghancurkan, membakar mobil milik perintah dan mencorat-coret pos polisi di kawasan ( wah saya lupa… ).

Yang menjadi pertanyaan adalah, siapakah penyebab tindakan anarki ini, apakah dari pihak mahasiswa atau dari pihak kepolisian dan kenapa setiap ada demonstrasi harus berakhir dengan kekerasan. Mahasiswa yang identik dengan nama “calon intelektual” (ho’oh po? ) kenapa melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya malah merugikan diri sendiri dan orang lain, ya dapat kita lihat bangunan dan benda di sekitar area demonstrasi rusak karena bentrok, masyarakat yang tinggal di kawasan demonstrasi merasa tidak tenang dan aman. Pada hal mereka mengembor-gemborkan “DEMI RAKYAT“. Achhh… bullshit (maaf ).


Sekarang ini yang dibutuhkan masyarakat Indonesia bukanlah turunnya harga BBM tetapi peningkatan taraf hidup, caranya ya kerja lebih keras lagi untuk mendapatkan hasil yang lebih. Lha klo ga’ punya kerjaan…. Ya nyari kerja dong, atau buat lapangan kerja, jangan mengandalin orang mlulu.

Saya sebagai mahasiswa sebenarnya juga malu dengan kejadian-kejadian di atas, seharusnya kita ( para mahasiswa ) sebagai calon intelektual putar otak, melakukan sesuatu yang benar-benar demi dan berarti untuk rakyat. Ya misal membuat energi alternatif kek atau membuat lapangan kerja. Apa kita tidak malu, siapa sich penemu-penemu energi alternatif saat ini. Mereka bukan dari kalangan mhasiswa tetapi dari kalangan masyarakat biasa, trus mahasiswanya ngapain ? . jangan cuma jadi inTELEK*tual dong…

*telek = tai